Selayang Observasi : Emon ‘Kex’ Mudami (Staf Khusus Wali Kota Bitung)
“Satu narasi satu hati, tulis apa yang engkau kerjakan dan kerjakan apa yang engkau tulis”.
Frasa Pak Walikota MM ini sebetulnya selaras dengan kalimat kerjakan apa yang kau doakan dan doakan yang kau kerjakan.
Tentu saja saya yakin Walikota MM tak sedang bermain jargon atau kata-kata, tetapi ia dalam potongan jaman yang lain tak terelakkan terlihat seperti terinspirasi dengan kekuatan magis mendiang Bung Karno yang terkenal dengan begitu banyak pernyataan pernyataan yang memotivasi anak bangsa bahkan dunia.
Sejatinya MM tengah mengirim sebuah pesan hakiki tentang bagaimana semestinya pribadi ataupun kelompok survive terutamanya dalam mengejewantah peran dan tanggung jawab, terlebih bagaimana semua pranata bereaksi di masa pandemi saat ini.
Hanya memang butuh sedikit kehendak untuk menyelami makna kalimat demi kalimat yang dilontarkan sosok yang belakangan dianggap berhasil memompa spirit warga Kota Bitung untuk bangkit di masa sulit saat ini bersama dengan Wakil Hengky Honandar.
Simak kehendak kuat itu melalui lontaran kalimat yang sedikit sarkatis dengan mengatakan, ”Eksekusi harus kekinian jangan kenantian”, sebuah warning terutamanya bagi perangkat kepemerintahan untuk tak menunda hal yang bisa langsung dituntaskan.
Ia memberi ruang untuk terlaksananya percepatan aksi dan afirmasi di lingkup internal Pemkot Bitung, misalnya dengan selalu mengatakan filosofi kerja pemerintah yang sebelumnya paten dan cenderung ‘rigid’ dengan pola birokrasi (sesuai amanat aturan, dan hal legal formil), saat ini bisa dikombinasikan dengan spirit kerja holokrasi yang menjembatani koneksivitas baik komunikasi maupun koordinasi lebih fleksibel tanpa mengabaikan etika dan norma kepemimpinan.
Harapan ideal yang dituju MM HH terciptanya akses yang luas dari semua lapisan warga dalam resepsi visi-misi dan program yang tersaji selama ini. Sebuah hajatan yang elegan dan menggiurkan, manakala dinamika kota ini diberi ruang seluas-luasnya melalui program live ruang sepakat, sebagai satu-satunya kanal di limaratusan kota kabupaten se Indonesia yang berani memberi kesempatan warga terkoneksi secara langsung tanpa filter.
Artinya hal yang paling prinsipil dalam tata kelola pemerintahan yakni keterbukaan dan keterhubungan antara Pemerintah dan warga, sesuatu yang nyata dan terselenggara dengan baik sebagaimana adagium klasik, dari, oleh, dan untuk rakyat.
Maka marilah bergotong royong membangun kota ini dimulai dengan melibatkan diri secara spontan di lingkungan masing-masing sampai kemudian meluas pada tataran yang lebih besar lagi.
Majulah Kota Bitung dengan sikap-sikap yang optimis, inovatif dan mau berbagi sumberdaya serta kapasitas, dan senantiasa mengutamakan energi positif.(*)