Mondowana dan Kwarcab Pramuka Kotamobagu Teken MoU: Komitmen Bersama Wujudkan Gerakan Bersahabat dengan Sampah dari Hulu

KOTAMOBAGU, 23 Juni 2025 — Pusat Pendidikan Mondowana dan Gerakan Pramuka Kwartir Cabang (Kwarcab) Kota Kotamobagu resmi menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dalam rangka penguatan hulu manajemen sampah berbasis masyarakat. Penandatanganan berlangsung di Aula Makodim 1303 Bolaang Mongondow dan dirangkaikan dengan Sosialisasi Tantangan 7 Hari Bersahabat dengan Sampah yang merupakan kegiatan awal dari kolaborasi strategis ini.
Kegiatan dihadiri oleh jajaran pengurus Pusat Pendidikan Mondowana dan Kwarcab Kota Kotamobagu. Untuk batch pertama, Tantangan 7 Hari diikuti oleh internal pengurus kedua lembaga sebagai bentuk komitmen awal dalam membangun pola pikir dan perilaku bahwa sampah adalah sumber daya yang bernilai ekonomi dan ekologi.

*7 Hari Bersahabat dengan Sampah: Aksi Nyata dari Rumah ke Komunitas*

Program ini bertujuan melatih kesadaran dan kebiasaan baru dalam memperlakukan sampah, menumbuhkan pemahaman bahwa sampah adalah sumber daya, serta membuka ruang aksi nyata mulai dari rumah hingga komunitas. Peserta tantangan diajak untuk melakukan aktivitas harian selama tujuh hari yang sederhana namun bermakna.

Pada hari pertama, peserta melakukan pemilahan sampah berdasarkan jenis: organik, anorganik yang dapat diolah, anorganik yang tidak dapat diolah, dan sampah B3. Hari kedua difokuskan pada pengelolaan sampah organik, apabila peserta tidak memiliki komposter di rumah, mereka diminta mengumpulkan sampah organik untuk diserahkan ke rumah kompos sekolah atau rumah budidaya maggot yang dibina Mondowana. Hari ketiga, peserta diajak menyetor sampah anorganik bersih ke bank sampah sebagai bagian dari membangun siklus ekonomi sirkular.
Selanjutnya, pada hari keempat peserta melakukan edukasi ringan kepada anggota keluarga, teman sekolah, atau rekan kerja sebagai bentuk penyebarluasan nilai-nilai pengelolaan sampah. Hari kelima, peserta didorong untuk mengurangi konsumsi plastik sekali pakai dalam aktivitas sehari-hari. Hari keenam difokuskan pada aksi lanjutan berupa pembuatan komposter mandiri atau kembali menyerahkan sampah organik ke rumah kompos yang tersedia. Di hari ketujuh, peserta melakukan refleksi dan publikasi aktivitas, baik melalui media sosial maupun laporan akhir.

Baca juga:  Mewakili Walikota, Asisten III Agung Adati Resmikan Objek Wisata Baru Viktim's Waterpark End Resto di Kotamobagu

Selama tantangan berlangsung, peserta mengisi log harian melalui tautan Google Form, mencatat volume sampah yang dikelola dan mencurahkan refleksi pribadi dari setiap aktivitas. Hasil log akan dinilai oleh tim gabungan Mondowana dan Kwarcab untuk memilih 10 peserta terbaik yang akan dianugerahi gelar Duta Pramuka Bersahabat dengan Sampah, dan diberikan pelatihan lanjutan untuk menjadi fasilitator di gugus depan atau desa/kelurahan.

*Dukungan Penuh dari Kwarcab dan Mondowana*

Dalam sambutannya, Ketua Kwarcab Pramuka Kota Kotamobagu, Roy Kasenda, SE, menyatakan,
“Kolaborasi strategis ini merupakan sinergi antara dunia pendidikan dan kepanduan untuk mengatasi persoalan sampah secara serius. Kita tidak menyerahkan semua kepada Pemerintah, tapi dengan kesadaran penuh mengambil peran sebagai bagian dari tanggung jawab bersama. Dengan dukungan Mondowana, termasuk kurikulum, modul, dan pelatih, kami yakin gerakan ini bukan sebatas slogan, tapi akan menjadi aksi yang terukur, berkelanjutan, dan berdampak nyata.”

Sementara itu, Syarif Rakhmat Mokoginta, S.Pd Tenaga Ahli Mondowana, menyampaikan bahwa
“Program penguatan hulu adalah titik kritis pengelolaan sampah, dan ini sejalan dengan visi-misi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Kota Kotamobagu. Program Biokonversi Sampah Organik yang saat ini sedang berjalan bersama Pemkot Kotamobagu adalah contoh nyata. Bila masyarakat sadar bahwa sampah adalah sumber daya, maka mereka bisa lebih berdaya secara ekonomi.”

Syarif juga menambahkan bahwa kelompok pengelola sampah dampingan Mondowana akan diinkubasi menjadi koperasi produsen yang profesional dan akuntabel, dengan dukungan kebijakan dari Pemerintah Kota Kotamobagu.

Baca juga:  Weny-Rendy Mengikuti Jalan Sehat Bersama ASN dan Masyarakat Kotamobagu

Siti Hadija Junaidi, M.Pd Direktur Eksekutif Mondowana sekaligus Manajer Program Biokonversi Sampah Organik, dalam sesi diskusi menjelaskan,
“Batch pertama ini hanya 50 peserta. Tapi coba kita bayangkan dampaknya: 50 kg sampah anorganik dan 250 kg sampah organik bisa direduksi dan diolah hanya dalam 7 hari. Jika 400 peserta dari 80 sekolah dari jenjang SD sampai SMA/SMK misalnya ikut di batch selanjutnya dengan asumsi setiap sekolah mengutus 5 peserta, maka sekitar 1.200 kg sampah anorganik dan sekitar 2.000 kg sampah organik dapat diolah menjadi kompos atau maggot. Dari langkah kecil, dampaknya besar.”

*Simbolik dan Aksi Konkret: Sampah Jadi Sumber Daya*

Dalam sesi simbolisasi MoU, Mondowana menyerahkan produk hasil biokonversi sampah berupa kasgot dan maggot kering yang berasal dari sampah pasar Poyowa Kecil kepada Ketua Kwarcab. Ketua Kwarcab kemudian melakukan penanaman bibit cabe menggunakan kasgot sebagai pupuk dan polybag dari kemasan sabun bekas.

Salah satu pengurus Kwarcab, Kak Heriman, juga memperlihatkan karyanya berupa paving block hasil olahan sampah plastik sebagai bukti bahwa pengolahan sampah bisa dilakukan dengan alat sederhana namun hasil berkualitas.

Setelah sesi seremoni, seluruh peserta langsung mulai mengikuti tantangan hari pertama dengan mengisi aktivitas pemilahan melalui link Google Form. Hasilnya akan dievaluasi dalam 7 hari mendatang sebagai tahap awal untuk menyusun gerakan edukasi dan aksi lanjutan. Kegiatan ini menandai langkah awal dari gerakan kolaboratif yang bukan hanya menyentuh aspek edukasi, tetapi juga menjadi bentuk aksi konkret dari dua lembaga strategis yang mendorong perubahan dari hulu: pendidikan dan kepanduan.

Yuk! baca berita menarik lainnya dari BAROMETER SULU di GOOGLE NEWS dan Saluran WHATSAPP

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *