Manado, BAROMETERSULUT –
Komandan Daerah Militer (Pangdam) XIII/Merdeka Mayjen TNI Denny Tuejeh membeber materi di Rapat Kerja Pemerintahan 2022 di Aula Mapalus Kantor Gubernur, Rabu (19/1/2022).
Kegiatan Rapat Kerja diinisiasi Gubernur Sulut, Olly Dondokambey dihadiri Bupati/wali kota dan Forkopimda se-Sulut dan instansi vertikal lainnya.
Mayjen Denny Tuejeh dalam materinya sempat menyinggung potensi terorisme di Sulut, apalagi Sulut dekat dengan Moro, Filipina salah satu basis organisasi teroris di Asia Tenggara. Namun, hingga kini ia mengatakan Sulut tetap aman
“Tidak ada indikasi jaringan teroris di Sulut. Militer tetap waspadai itu,” kata dia.
Ia mengatakan memang, pusat teroris Asia Tenggara berada di Moro yang berdekatan dengan wilayah Sulut. Ada indikasi teroris di Poso, Sulawesi Tengah melakukan komunikasi dengan Moro
“Di Poso, 11 DPO (Daftar Pencarian Orang) yang ada tinggal 3,” katanya
Pangdam XIII/Merdeka pun kembali menegaskan belum ada indikasi terorisme di Sulut
“Kondisi sangat baik, tetap waspadai ada karena ada kedekatan di sana (Filipina),” ujarnya.
TNI pun mengantisipasi daerah perbatasan menempatkan pos di pulau terluar. Pos Pulau Marampit, Pulau Karatung, Pulau Kakorotan, Pulau Kabaruan dan Pulau Marore.
Ia juga menyinggung di Sulut pun belum semua kabupaten/kota memiliki Komando Distrik Militer (Kodim). Ada satu kodim membawahi wilayah 4 kabupaten/kota. Semisal Kodim Minahasa menangani wilayah 4 kabupaten/kota, begitu pun Kodim Bolmong mempunyai wilayah 5 kabupaten/kota.
Ia menyinggung TNI masih agak kesulitan mengamankan wilayah NKRI.
Di Indonesia jumlah militer minimal 2 juta, karena penduduk Indonesia berjumlah 250 juta.
“Jangan sampai terjadi sesuatu terkaget-kaget karena militer tidak mampu pertahankan wilayah,” katanya.
Kodam XIII/Merdeka dalam selang waktu 3 tahun terakhir ini merekrut prajurit memprioritaskan putra daerah.
Memang ia mengakui TNI masih mengalami keterbatasan anggaran dimana anggaran pertahanan masih di bawah satu persen GDP atau 0,8 GDP.
“Mensiasatinya maka kami latihan nantinya kemungkinan kontigensi terjadi di Sulut,” ujarnya.
Baru baru ini kata Mayjen Denny Tuejeh, TNI dikategorikan masuk 15 besar kekuatan terkuat militer di dunia.
Pengukuran ini hanya melihat jumlah kekuatan militer saja, bahkan Indonesia diinilai melebih Jerman, tidak dihitung faktor jumlah penduduk dan luas wilayah.
“Realitas dengan wilayah diamankan itu masih jauh di bawah standar itu,” katanya.